Jumat, 31 Agustus 2012

Atun no Haiku (1)



sore ini
sekelebat petir,
namamu

Rabu, 25 April 2012

Dengan mata, saya memeluk punggungnya

Baru kali ini saya memimpikannya. Saya juga tidak tahu kenapa. Padahal saya tidak ingin bermimpi tentang dia.

Saya pernah bermimpi tentang beberapa orang.

Orang pertama, saya sering memimpikannya. Wajahnya sangat jelas terlihat. Ya. Dia orang yang sering saya jumpai, sengaja atau tidak. Kami sangat dekat. Saya senang memimpikannya. Tapi saya harus bersedih karena saat ini dia tidak berada di dekat saya lagi. Bahkan saya sudah tidak pernah bertemu dengannya.

Orang kedua, saya memimpikannya dua kali. Padahal baru sekali kami berjumpa. Mimpi tentang orang ini adalah sesuatu yang luar biasa. Saya ketakutan karena mimpi itu. Hingga kemudian, membuat saya takut untuk bertemu dengannya. Saya berharap, tidak ada sesuatu yang mengharuskan saya untuk bertemu lagi dengan orang ini.

Nah, ini tentang orang yang baru saja ada dalam mimpi saya. Dalam mimpi itu, saya senang bertemu dengannya. Tapi entahlah, ada yang aneh. Saya tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas. Bahkan ketika orang ini berhadapan dengan saya. Yang terlihat jelas justru punggungnya. Saya masih ingin melihat dia, berbincang lebih lama. Tapi dia terlihat buru-buru pergi. Seperti biasa, ada sesuatuyang harus dia lakukan. Saya hanya bisa menatap punggungnya menjauh, dia dengan pakaian yang (mungkin) biasa dia kenakan.

Saya mencoba menafsirkan mimpi ini. Mungkin.

Pertama, bisa berarti, “Belum saatnya kau melihatku lebih lama. Aku harus pergi untuk sementara. Sampai kau menyelesaikan sesuatu yang harus kau selesaikan. Karena itu, tak perlu bersedih”

Atau bisa saja yang paling buruk, “Seberapa inginpun kau melihatku, memikirkanku, mengingatku, hal itu tidak akan terjadi…”


-mks.25april2012-

Sabtu, 21 April 2012

Something bothered me

Entah kenapa saya memikirkan satu hal ini. Berbagai peristiwa beruntun, menyerupai bayangan-bayangan singkat, berkelebat di benak saya. Saya sedikit ketakutan.
Semoga ini hanya kekhawatiran saya saja. Saya tidak ingin ini benar-benar terjadi kelak.

Siapapun kamu, saya ingin mengatakan bahwa beginilah saya. Saya yang sangat suka bicara. Saya yang sulit menetapkan hati. Saya yang terlalu apa adanya. Saya yang selalu ingin menjadi diri saya sendiri. Semoga kamu bisa memahami saya.

Well, saya tidak bisa sendiri selamanya…

Senin, 16 April 2012

Mengubur mimpi dan… cinta

Ternyata begini rasanya.

Pagi tadi, saya mendapat SMS dari seorang Abang. Isinya tentang tersedianya lowongan pekerjaan bagi reporter atau camera person di salah satu stasiun televisi.

Jelas saja saya mupeng!

Ya. Saya sebenarnya sangat ingin memiliki perkerjaan sejenis itu. Saya suka dunia itu. Karena saya tidak suka jadi PN* yang notabene adalah pilihan sejuta ummat orang tua.

Tapi…

Saya tidak bisa mengikuti wawancara itu.

Pertama: saya harus fokus dulu untuk mengerjakan skripsi. Saya harus sarjana secepatnya. Melamar ke pekerjaan itu pasti akan membuat “nama lengkap” saya tertunda.

Kedua: karena di stasiun teve itu ada seseorang yang sekarang saya hindari. Saya tidak ingin semakin dekat dengannya. Saya tidak ingin membuat hati saya ternoda dan hati dia terluka.

Ketiga: saya tak boleh bekerja dan menjadi bagian dalam stasiun teve itu. Sebisa mungkin. Alasan ini, cukup rahasia bagi saya.

Keempat: bekerja disana, bisa saja membuat saya semakin dekat dengannya (orang yang beberapa waktu ini mengganggu hati saya). Tapi bisa jadi juga sebaliknya: saya akan semakin jauh, merujuk pada point kedua di atas.

Kelima: mungkin bisa juga mengganggu iman saya.

Jadi, saya memutuskan untuk tidak menuruti nafsu yang satu ini. Meskipun saya sangat ingin. Dan hal ini membuat dada saya sesak, saya serasa ingin menangis.

Tapi, Aniki membuat saya sedikit tersenyum dengan pilihan saya ini. Ya. Beliau bilang, bahwa pilihan saya adalah tepat untuk saat ini.
Dan saya akan segera melupakan kesedihan.


-mks. April 10, 2012-

Rabu, 11 April 2012

Aitakute, aitakute!

Hiks.
Saya sangat ingin bertemu denganmu saat ini.
Tidak untuk berkata-kata atau bercerita.
Saya hanya ingin melihatmu.
Memandang senyummu yang lucu itu.
Memandang wajahmu yang tak pernah membuatku bosan.
Atau melihat tingkahmu saja.
Atau melihat kamu yang sedang berjalan.
Atau melihatmu yang tiba-tiba menyapaku.
Atau melihat tanganmu yang tersodor ke arahku, memberikan sesuatu.
Atau mendengar suaramu memanggil namaku.
Atau mendengarmu yang bertanya sesuatu padaku.
Atau melihatmu yang sedang mengiringiku berjalan.
Atau melihatmu yang sedang diam-diam memandangku.
Atau melihatmu berdiri di depanku –yang sedang terduduk di sebuah kursi.
Atau melihatmu yang sedang menoleh ke arah jalanan.
Atau melihatmu yang terlalu serius melihat sesuatu.
Atau melihatmu yang sedang memegang microphone.
Huwaaa..!
Aitakute!
Aitakute!
Anata wa ima doko desu ka?
Daijoobu ka?

Kamis, 29 Maret 2012

Akun facebook saya




Tepat malam ini, saya “mematikan” akun facebook saya. Sebenarnya saya sangat tak ikhlas. Secara, saya sudah cukup sangat terkenal di dunia maya yang satu itu. Ha!
Tapi cuma untuk sementara, kok.

Alasannya?

Sebuah komentar seseorang yang penting dalam hidup saya, memengaruhi keputusan ini. Saya sedikit ketakutan. Saya takut sesuatu yang tidak saya inginkan terjadi. Thus, saya pergi meninggalkan teman-teman yang saya cintai itu. Sementara. Sampai sesuatu yang telah saya mulai diselesaikan dengan baik dan sempurna.

Selain itu? Sebuah foto dirinya (yang di-upload di facebook) membuat saya tidak tidur semalaman tadi. Dia berada dalam satu bingkai bersama seorang pejalan kaki. Well, SAYA CEMBURU! Ya ampun, padahal rasa itu sangat tak wajar. Karena saya tahu, dia pasti hanya bercanda dengan foto itu. Saya yakin. Saya tahu, dia dan pekerjaannya memang membutuhkan banyak humor dan hiburan agar tak stress. Saya tahu, tugasnya sangat banyak. Bahkan sampai harus keluar daerah berkali-kali. Saya tahu! Saya tahu! #stress

Tapi mau gimana lagi? Saya terlanjur cemburu. Dan itu susah saya hapus.
--------------

Saya paham sekali dengan sesuatu seperti ini: pilihan. Ya. Saya memilih jalan ini untuk sementara. Sampai semuanya baik-baik saja, karena sekarang keadaan di sekitar saya tidak sedang baik-baik saja.

Karena itu, teman-teman bisa menjumpai saya di dua akun blog saya. Disini saya akan lebih sering berkunjung, bercerita tentang semuanya.

“Kadang, kita harus meninggalkan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu” ~Anonim~

“Temui cinta… Lepaskan rasa…” ~Iwan Fals ft. Padi “Sesuatu yang Tertunda”~

-mks.29/03/2012-

Jumat, 02 Maret 2012

Kenapa hitam?

Saya menulis ini karena terpikir setelah membaca tulisan seorang teman (blogger) beberapa saat lalu. Well, tentang teman yang ini, saya tidak menyangka bahwa dia senang menuliskan pengalaman-pengalamannya di wordpress-nya. Itupun, saya mendapatkan alamat blog-nya itu dari twitter-nya. *tetooot! terlalu banyak kata “nya” dan “”itu”

Nah, di blog itu, tertulis tentang Filosofi Hitam versi dia. Dari situ, saya juga baru menyadari bahwa dia memang benar-benar menyukai hitam. Saya juga baru menyadari, selama saya berteman dengannya, hampir setiap bertemu, dia selalu memakai baju warna hitam. Betapa dia menyukai hitam. Dan filosofi hitam menurut dia, sangat menarik bagi saya. *standing applause

Hmm. That’s why I love blog so much. Di blog, saya bisa menemukan sisi lain dari orang-orang: para blogger, dan orang-orang yang mereka ceritakan atau mereka umpat. Di blog, saya juga mengira bahwa mereka adalah orang-orang yang cerdas. Sungguh. *angguk-angguk segala *serius nih

Kembali ke judul tulisan kali ini. Ya. Kenapa hitam?

Saya menyukai warna hitam. Entah sejak kapan. Entah juga karena apa.
Hal ini bisa dibuktikan dengan tingkah saya yang tiba-tiba terhenti sejenak dari aktivitas (berjalan, berlari, dsb) ketika melihat sesuatu berwarna hitam. Melihat segala aksesoris berwarna hitam, atau spanduk, atau poster, membuat mata saya seperti keranjang.

Dulu, beberapa tahun lalu, tiga-empat hari sepekan, pakaian saya pasti dominan hitam. Dan saya merasa nyaman dengan itu. Meski suasana lagi panas-panasnya, saya ngotot berpakaian hitam. Tapi, sekarang tidak begitu-begitu amat. Sekarang saya sudah sedikit terbuka dengan warna lain: merah, jingga, biru, putih. KECUALI PINK!

Kemarin saja, sewaktu memilih baju bersama Yuna, saya berusaha sekuat tenaga untuk menolak warna hitam. Apalagi waktu Yuna bilang, “Yang ini mo (*nunjuk warna lain). Capek ka liat ko pake hitam terus.” Dan akhirnya saya memilih warna lain, tapi tetap saja nuansa gelap. LOL

Teman saya bilang, filosofi hitam itu:
bisa masuk di lingkungan manapun…
bisa bergaul dengan siapapun…
bisa berinteraksi dengan berbagai macam karakter…
bisa diterima oleh berbagai macam komunitas

Dan saya sangat suka dengan pendapatnya itu. Saya juga sepakat dengannya.

Tapi saya juga punya pemikiran sendiri tentang hitam.

Hitam itu kejujuran yang paling jujur
Hitam itu rahasia yang tidak ada seorangpun yang mengetahui
Hitam itu sisi yang tidak bisa terjamah
Hitam itu sesuatu yang tidak bisa dibagi dengan siapapun
Hitam itu apa adanya, meski orang lain berkata hal yang berbeda
Well, black is rebel


*senyum (sok) bijak

Nah, itulah hitam menurut saya. Dan dengan membaca ini, teman-teman mungkin sudah bisa “membaca” saya.

*wink
#blush
*disappearing

Minggu, 26 Februari 2012

Hiccup

Saya merasa terdesak. Dan tersedak pada masa yang bersamaan.

Selasa, 14 Februari 2012

Menabrak!

Ya. Kemarin saya nabrak!

Hal ini baru sekali saya rasakan, dan mudah-mudahan memang hanya kali ini. Entah kenapa itu bisa terjadi. Saya juga bingung.

Yang jelas, kemarin itu, emosi saya memang lagi kacau. Saya tidak bisa berpikir fokus menyetir motor, hanya suara lagu yang saya dengar dari ponsel saya.

Di depan saya, sebuah mobil terparkir dengan pintu yang sedikit terbuka. Mobil itu ada di sebelah kiri jalan. Saya mengira, pintu mobil itu tidak akan terbuka lebih lebar lagi. Rupanya, sesaat setelah saya tetap berada di sampingnya, pintu itu terbuka, dan... braaakkk! Setir kiri motor saya menabraknya!

Well, saya sebenarnya ingin meminta maaf saat itu juga. Tapi, saya benar-benar sangat terburu-buru untuk bisa tiba di sekolah (Ya. Saya hampir telat 1 jam untuk ngajar ekskul menulis). Jadinya, saya hanya mengucap istighfar dan maaf dalam hati. Mudah-mudahan si empunya mobil memaafkan saya ya. Dan semoga plat motor saya tidak diingat beliau sampai mati. Aamiin. :)

Minggu, 29 Januari 2012

Aku suka, tapi...



Ya. Aku menyukainya.

Dengan senyumnya. Dengan kelucuannya.
Aku merasa cocok dengan ciri seperti itu.


Tapi...

Jika dia menjadi pribadi yang suka dengan hal-hal "kotor", aku tidak bisa menerimanya.

Mungkin tulisan tentangnya hanya cukup dua saja (ditambah dengan yang satu ini). Ya. Cukup.