Rabu, 25 April 2012

Dengan mata, saya memeluk punggungnya

Baru kali ini saya memimpikannya. Saya juga tidak tahu kenapa. Padahal saya tidak ingin bermimpi tentang dia.

Saya pernah bermimpi tentang beberapa orang.

Orang pertama, saya sering memimpikannya. Wajahnya sangat jelas terlihat. Ya. Dia orang yang sering saya jumpai, sengaja atau tidak. Kami sangat dekat. Saya senang memimpikannya. Tapi saya harus bersedih karena saat ini dia tidak berada di dekat saya lagi. Bahkan saya sudah tidak pernah bertemu dengannya.

Orang kedua, saya memimpikannya dua kali. Padahal baru sekali kami berjumpa. Mimpi tentang orang ini adalah sesuatu yang luar biasa. Saya ketakutan karena mimpi itu. Hingga kemudian, membuat saya takut untuk bertemu dengannya. Saya berharap, tidak ada sesuatu yang mengharuskan saya untuk bertemu lagi dengan orang ini.

Nah, ini tentang orang yang baru saja ada dalam mimpi saya. Dalam mimpi itu, saya senang bertemu dengannya. Tapi entahlah, ada yang aneh. Saya tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas. Bahkan ketika orang ini berhadapan dengan saya. Yang terlihat jelas justru punggungnya. Saya masih ingin melihat dia, berbincang lebih lama. Tapi dia terlihat buru-buru pergi. Seperti biasa, ada sesuatuyang harus dia lakukan. Saya hanya bisa menatap punggungnya menjauh, dia dengan pakaian yang (mungkin) biasa dia kenakan.

Saya mencoba menafsirkan mimpi ini. Mungkin.

Pertama, bisa berarti, “Belum saatnya kau melihatku lebih lama. Aku harus pergi untuk sementara. Sampai kau menyelesaikan sesuatu yang harus kau selesaikan. Karena itu, tak perlu bersedih”

Atau bisa saja yang paling buruk, “Seberapa inginpun kau melihatku, memikirkanku, mengingatku, hal itu tidak akan terjadi…”


-mks.25april2012-

Sabtu, 21 April 2012

Something bothered me

Entah kenapa saya memikirkan satu hal ini. Berbagai peristiwa beruntun, menyerupai bayangan-bayangan singkat, berkelebat di benak saya. Saya sedikit ketakutan.
Semoga ini hanya kekhawatiran saya saja. Saya tidak ingin ini benar-benar terjadi kelak.

Siapapun kamu, saya ingin mengatakan bahwa beginilah saya. Saya yang sangat suka bicara. Saya yang sulit menetapkan hati. Saya yang terlalu apa adanya. Saya yang selalu ingin menjadi diri saya sendiri. Semoga kamu bisa memahami saya.

Well, saya tidak bisa sendiri selamanya…

Senin, 16 April 2012

Mengubur mimpi dan… cinta

Ternyata begini rasanya.

Pagi tadi, saya mendapat SMS dari seorang Abang. Isinya tentang tersedianya lowongan pekerjaan bagi reporter atau camera person di salah satu stasiun televisi.

Jelas saja saya mupeng!

Ya. Saya sebenarnya sangat ingin memiliki perkerjaan sejenis itu. Saya suka dunia itu. Karena saya tidak suka jadi PN* yang notabene adalah pilihan sejuta ummat orang tua.

Tapi…

Saya tidak bisa mengikuti wawancara itu.

Pertama: saya harus fokus dulu untuk mengerjakan skripsi. Saya harus sarjana secepatnya. Melamar ke pekerjaan itu pasti akan membuat “nama lengkap” saya tertunda.

Kedua: karena di stasiun teve itu ada seseorang yang sekarang saya hindari. Saya tidak ingin semakin dekat dengannya. Saya tidak ingin membuat hati saya ternoda dan hati dia terluka.

Ketiga: saya tak boleh bekerja dan menjadi bagian dalam stasiun teve itu. Sebisa mungkin. Alasan ini, cukup rahasia bagi saya.

Keempat: bekerja disana, bisa saja membuat saya semakin dekat dengannya (orang yang beberapa waktu ini mengganggu hati saya). Tapi bisa jadi juga sebaliknya: saya akan semakin jauh, merujuk pada point kedua di atas.

Kelima: mungkin bisa juga mengganggu iman saya.

Jadi, saya memutuskan untuk tidak menuruti nafsu yang satu ini. Meskipun saya sangat ingin. Dan hal ini membuat dada saya sesak, saya serasa ingin menangis.

Tapi, Aniki membuat saya sedikit tersenyum dengan pilihan saya ini. Ya. Beliau bilang, bahwa pilihan saya adalah tepat untuk saat ini.
Dan saya akan segera melupakan kesedihan.


-mks. April 10, 2012-

Rabu, 11 April 2012

Aitakute, aitakute!

Hiks.
Saya sangat ingin bertemu denganmu saat ini.
Tidak untuk berkata-kata atau bercerita.
Saya hanya ingin melihatmu.
Memandang senyummu yang lucu itu.
Memandang wajahmu yang tak pernah membuatku bosan.
Atau melihat tingkahmu saja.
Atau melihat kamu yang sedang berjalan.
Atau melihatmu yang tiba-tiba menyapaku.
Atau melihat tanganmu yang tersodor ke arahku, memberikan sesuatu.
Atau mendengar suaramu memanggil namaku.
Atau mendengarmu yang bertanya sesuatu padaku.
Atau melihatmu yang sedang mengiringiku berjalan.
Atau melihatmu yang sedang diam-diam memandangku.
Atau melihatmu berdiri di depanku –yang sedang terduduk di sebuah kursi.
Atau melihatmu yang sedang menoleh ke arah jalanan.
Atau melihatmu yang terlalu serius melihat sesuatu.
Atau melihatmu yang sedang memegang microphone.
Huwaaa..!
Aitakute!
Aitakute!
Anata wa ima doko desu ka?
Daijoobu ka?